Mengampuni Orang Lain (2)

Alkitab memberitahu kita: ‘Ketika hamba-hamba Ishak menggali… mata air…. Lalu bertengkarlah para gembala Gerar dengan para gembala Ishak. Kata mereka: "Air ini kepunyaan kami." …Kemudian mereka menggali sumur lain, dan mereka bertengkar juga tentang itu... Ia pindah dari situ dan menggali sumur yang lain lagi, tetapi tentang sumur ini mereka tidak bertengkar. Sumur ini dinamainya Rehobot, dan ia berkata: "Sekarang TUHAN telah memberikan kelonggaran kepada kita, sehingga kita dapat beranak cucu di negeri ini.’ (Kejadian 26:19–22)

Sungguh contoh yang bagus dalam mempraktikkan pengampunan. Selama kekeringan, Ishak menggali sumur dan musuh-musuhnya pindah dan mengklaimnya. Itu tidak adil, tetapi alih-alih membalas, dia pindah ke tempat lain dan menggali sumur baru—dan Tuhan sangat memberkati dia. Kebenarannya adalah: Tuhan akan mengisi kekosongan dalam hidup Anda ketika Anda memaafkan mereka yang telah menyakiti Anda. Mari kita hadapi itu; selama kita berbagi bumi ini dengan orang lain yang tidak sempurna, mereka akan menyakiti kita. Tidak ada cara untuk menghindarinya. Ketika luka itu semakin dalam, sulit untuk memaafkan.

Apakah itu berarti Anda harus berpura-pura tidak ada yang salah, dan menyangkal perasaan Anda? Tidak, langkah pertama menuju penyembuhan adalah mengakui perasaan Anda. Yesus memberi kita langkah kedua: ‘Berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.’ (Lukas 6:28) Ketika Anda berdoa, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Hati Anda melunak dan Anda mulai melihat pelaku melalui mata Tuhan, daripada emosi Anda sendiri. 'Tapi aku tidak mau memaafkan mereka!' kata Anda.

Kemudian inilah langkah ketiga. Akui keengganan Anda untuk memaafkan dan minta Tuhan untuk membuat Anda bersedia. Berdoalah, ‘Bawalah aku kembali, supaya aku berbalik.’